Rabu, 09 November 2011

Pasir Mbolang

Di luar sedang hujan sangat deras. Aku di kamar. Sendiri. Mendengarkan orkestra musik paling indah sejagad raya. Hujan. :)


Apa yang sedang ku pikirkan saat ini adalah, betapa dunia ini telah menjadi sesuatu yang asing, atau mungkin hanya perasaanku saja. Seolah dengan jendela yang kini terbentang di hadapanku, aku menjadi sebutir pasir asing dari sungai yang tak tahu apa-apa dan diterbangkan angin ke kota melintasi gedung pencakar langit yang gemerlap.

Bahkan aku mengenali sebutir pasir yang kini menjadi porselen anggun yang terpampang di suatu etalase toko elit itu...dulu ia teman bermainku. Berenang lincah diantara bebatuan melewati daun yang mulai membusuk di pinggir kali. Beberapa kali bahkan terantuk batu besar lalu hanyut meninggalkan "gempil" (baca luka) di tubuh kami. ehhm, mungkin hanya aku.

Setiap pasir mempunyai garis takdirnya masing-masing. Hanya saja, dia (temanku) sudah menemukan tempat tempelan yang kelihatannya paling "wow" di bidangnya. Tinggal aku yang kini masih mbolang jalan-jalan naik kereta angin ngeces melihatnya. Yuhuu... aku juga harus menjadi sesuatu. Bukan porselen, apapun itu, seperti nasehat ibuku... "Be anything, but something Best and Good in your Field"

5 komentar:

  1. Setiap pasir mempunyai garis takdirnya masing-masing<---wah2 saya menemukan kata baru di sini,, jd menginspirasi,,

    BalasHapus
  2. :) trimakasih banyak kunjungan balik n follownya.. padahal yang lebih sering saya isi yang Mfla..

    BalasHapus
  3. oh iya , mbak di tunggu loh partisipasinya di giveaway saya,,:) ngarep.com

    BalasHapus
  4. kalau kata Alkahfi, "Hanya karena Allah menyelipkan kebaikanNya dan hikmahNya sajalah seseorang itu menjadi ‘apa’ atau ‘siapa’."


    ngomong-ngomong, apa ini candra dewi keponakannya mas Gito?

    BalasHapus
  5. @al kahfi: sudah, maaf bru smpt d bls..
    @hiddenroof: bukaan, saya bukan kponakannya ms Gito.. :) he he

    BalasHapus